Tasawuf dalam islam adalah orang-orang yang tertarik kepada pengetahuan batin, orang-orang yang tertarik untuk menemukan suatu jalan atau praktik ke arah kesadaran dan pencerahan batin. Dalam konteks ini tasawuf mendasar kepada kebaikan budi (adab) yang pada akhirnya akan mengantarkan seseorang kepada kebaikan dan kesadaran universal. Kebaikan tersebut dimulai dari adab lahiriah, dan kaum sufi yang benar akan mempraktikkan pembersihan lahiriah serta tetap berada dalam batas-batas yang diizinkan Allah, la mulai dengan mengikuti hukum Islam, yakni dengan menegakkan hukum dan ketentuan-ketentuan Islam yang tepat, yang merupakan jalan ketaatan kepada Allah. Jadi, tasawuf dimulai dengan mendapatkan pengetahuan tentang amal-amal lahiriah untuk membangun, mengembangkan, dan menghidupkan keadaan batin yang sudah sadar.
Terdapat sumber-sumber yang dilakukan dalam mempelajari tasawuf agar tidak terjerumus ke dalam ajaran-ajaran yang cenderung menyesatkan. Antara lain adalah :
1. Al Qur’an
Sebagai pokok ajaran islam, di dalam Al Qur’an terdapat ayat-ayat yang membahas dan berhubungan dengan tasawuf.
“tidaklah engkau yang melempar ketika engkau melempar, melainkan Allah-lah yang melempar.” (Al Anfal : 16)
Menurut pendapat kaum sufi, tasawuf dalam islam yang terdapat pada ayat ini terdapat seluruh ajaran-ajaran dan merupakan pokok dari aliran sufi dalam memahami dan mempelajari islam. Untuk selanjutnya dimana hal ini merupakan puncak dan dapat di sebut juga sebagai tujuan dari seseorang yang menganut ajaran sufi adalah dengan adanya ayat ini :
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” ( QS. al-Baqarah: 186).
2. Sunnah Nabi
Rasul merupakan sumber kedua setelah Allah bagi para sufi dalam mendalami dan pengambangkan ilmunya, karena hanya kepada Rasul sajalah Allah menitipkan wahyuNya. Tentulah Rasul pula yang lebih banyak tahu tentang sesuatu yang tersirat dibalik yang tersurat dalam Al-Qur’an. Selain itu rosul pulalah satu-satunya manusia yang sempurna dalam segala hal, Beliau adalah insan panutan bagi semua umat manusia terutama kaum sufi yang senantiasa mencoba meniru semua kelakuan Rasulullah dengan sebaik-baiknya. Seperti sebelum Nabi diangkat menjadi rasul, berhari-hari ia mengasingkan diri di Gua Hira, terutama pada saat bulan Ramadhan. Beliau menjauhi pola hidup kebendaan yang pada waktu itu diagung-agungkan oleh orang arab yang tengah tenggelam di dalamnya, seperti peraktek pedagangan dengan perinsip mengalahkan segala cara. Selama di Gua Hira, Rasulullah hanyalah bertafakur, beribadah, dan hidup sebagai seorang zahid. Beliau hidup sangat sederhana, terkadang mengenakan pakaian tambalan, tidak makan atau minum kecuali yang halal, dan setiap malam senantiasa beribadah kepada Allah SWT., sehingga siti Aisyah bertanya, “mengapa engkau berbuat begini, ya Rasulullah padahal Allah senantiasa mengampuni dosamu?” Rasulullah menjawab “apakah engkau tidak menginginkanku menjadi hamba yang bersyukur kepada Allah? “.
Selain dari itu di dalam hadits Rasulullah banyak dijumpai keterangan yang berbicara tentang kehidupan rohaniah manusia yang dapat difahami dengan pendekatan tasawuf dalam islam, seperti hadit :
“senantiasa seorang hamba itu mendekatkan diri kepadaku dengan amalan-amalan sunnah sehingga aku mencintainya. Maka tatkala mencintainya, jadilah aku pendengarnya yang dia pakai untuk melihat dan lidahnya yang dia pakai untuk berbicara dan tangannya yang dia pakai untuk mengepal dan kakinya yang dia pakai untuk berusaha; maka dengan-Ku-lah dia mendengar, melihat, berbicara, berfikir, meninjau dan berjalan.” (H. R Muslim)