Sejak jaman Rasul, telah banyak terjadi perselisihan pendapat yang ditandai dengan munculnya beberapa aliran-aliran dalam agama islam. Dari beberapa aliran dalam islam tersebut hanya terdapat 1 saja yang akan masuk ke surga, dan Allah SWT telah menjanjikan akan hal tersebut. Rasul pernah bersabda;
“bahwa kelak akan ada 73 golongan agama islam yang ada di bumi dan hanya 1 saja yang akan aku beri syafa’at.” (H. R Muslim)
Terjadinya penggolongan-penggolongan aliran ini dikarenakan perbedaan pendapan antar kelompok yang mengakibatkan masing-masing kelompok merasa benar dan akhirnya mereka membentuk majelis-majelis sendiri dan dalam melaksanakan majelisnya tersebut mereka menggunakan Al Qur’an untuk kemudian di pahami dan di maknai sendiri sehingga muncullah pemahaman baru dalam masyarakat yang tak jarang membuat banyak orang kebingungan.
Di Indonesia sendiri kini telah terdapat banyak aliran-aliran yang dengan keyakinannya sendiri-sendiri mampu melanjalankan kehidupan dengan damai. Namun hanya ada 2 aliran di Indonesia yang tergolong popular dan masuk pada nilai dominan, karena sebagian besar umat islam di Indonesia menganut aliran tersebut. Adapun aliran tersebut adalah :
1. Nahdatul Ulama (NU)
Pemimpin : K. H. Hasyim Asy'ariy (1947 M)
Aktif sejak : 31 Januari 1926
Pemimpin sekarang : K.H. Hasyim Muzadi
Pendapat :
- Mempertahankan dan mengembangkan paham Ahlus Sunnah di Indonesia
- Menegakkan syariat Islam menurut haluan Ahlus Sunnah wal Jama'ah, dalam hal ini 4 Madzhab terbesar : Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali.
Dalam tasawuf mengikuti paham Abul Qasim Junaidi Al-Bagdadiy
Pemerintah di Indonesia yang juga menggunakan aliran ini dalam menetapkan hari libur yang berkaitan dengan hari besar agama islam. Aliran dalam islam yang ada di Indonesia seperti Nahdlatul Ulama (NU) mengorganisasi lembaga pesantren dan gerakan tarekat dalam dua wadah organisasi nasional. Organisasi tersebut adalah Jam'iyyah Rabbitah al-Ma'ahid (organisasi ikatan pondok pesantren) yang menghimpun pesantren dan Jam'iyyah Thariqah al-Mu'tabarah an-Nahdiyyah (organisasi tarekat sah) untuk organisasi tarekat. Dengan demikian organisasi tradisional yang berkembang di daerah-daerah pada umumnya dapat dihimpun dan menginduk ke Nahdlatul Ulama (NU). Pada mulanya Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi keagamaan. Namun pada tahun 1945 Nahdlatul Ulama mulai bergerak dalam bidang politik dengan menggabungkan diri dalam partai Masyumi. Pada Muktamar ke-19 di Palembang tanggal 1 Mei 1952, Nahdlatul Ulama menyatakan keluar dari partai Masyumi dan menjadikan dirinya sebagai partai politik (Partai Nahdlatul Ulama). Kemudian pada tahun 1973, Partai NU dan partai-partai Islam lainnya, seperti PSII, Parmusi, dan Perti memfusikan kegiatan politiknya ke dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Dalam perkembangan selanjutnya NU kembali menjadi Jam'iyyah atau organisasi keagamaan hingga sekarang.
2. Muhammadiyah
Pemimpin : K.H. Achmad Dahlan (nama asli:Muhammad Darwis,1868-1923 M)
Pemimpin sekarang : Prof. Dr. H. M. Din Syamsuddin MA
Aktif mulai : 1912
Pendapat :
- Mengembalikan umat Islam pada agama Islam yang sebenarnya yaitu kembali pada Al-Quran dan Hadits
- Mengikis habis bid'ah, kufarat, takhayul, dan klenik
- Membuka pintu ijtihad dan membunuh taqlid yang membabi buta
Menurut aliran dalam islam, mula-mula ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabaran Achmad Dahlan, akhirnya mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya. Profesinya sebagai pedagang sangat mendukung ajakan beliau, sehingga dalam waktu singkat ajakannya menyebar ke luar kampung Kauman Yogyakarta bahkan sampai ke luar daerah dan ke luar pulau Jawa. Untuk mengorganisir kegiatan tersebut maka didirikan Persyarikatan Muhammadiyah. Dan kini Muhammadiyah telah ada diseluruh pelosok tanah air.