Banyak pertentangan menurut para ulama islam mengenai pendapat mereka tentang keberadaan dan kisah tentang adanya Dajjal. Ada beberapa pendapat yang di perkuat dengan adanya dalil-dalil yang menyertainya, namun ada pula yang hanya berpendapat menurut akal dan pikiran serta logika mereka saja. Namun dalam pembahasan kali ini hanya akan di bahas Dajjal menurut islam yang di perkuat dengan adanya dalil-dalil yang menyertainya sehingga tidak banyak lagi umat islam yang merasa bingung mengenai keberadaan maupun kisah tentang adanya Dajjal. Sesungguhnya di dalam ayat suci Al Qur’an Allah SWT tidak secara terang-terangan menyebutkan bahwa Dajjal itu ada dan kisah-kisah tentang Dajjal. Namun dalam beberapa ayat Allah SWT menyebutkan bahwa kelak di hari akhir yang akan berbuat kerusakan di muka bumi ini adalah Ya’juj dan Ma’juj. Dimana dalam beberapa ayat Allah SWT menyebutkannya.
“Wahai Dhul-Qarnain! Sesungguhnya Ya’juj wa-Ma’juj itu membuat kerusakan di bumi. Bolehkah kami membayar upeti kepada engkau, dengan syarat sukalah engkau membangun sebuah rintangan antara kami dan mereka” (Q. S Al Kahfi 18:94).
Dalam ayat Al Qur’an tersebut dengan jelas Allah SWT menyebutkan bahwa Ya’juj dan Ma’juj merupakan sebutan bagi suatu kaum atau bangsa yang akan datang pada hari akhir dan mereka selalu membuat kerusakan demi kerusakan di muka bumi ini. Namun apabila kita perhatikan, sesungguhnya sekarang ini sudah banyak muncul orang-orang yang mulai berbuat kerusakan di muka bumi ini. Salah satu contoh misalnya di Indonesia sendiri telah terjadi banyak tindak kejahatan yang menyebabkan kerusakan terjadi di seluruh bumi Indonesia. Seorang koruptor saja misalnya, mereka dengan terang-terangan mengambil uang rakyat demi keuntungan mereka pribadi. Hal ini menyebabkan kondisi keuangan yang ada di Indonesia semakin terpuruk dan di perburuk dengan semakin banyaknya para koruptor-koruptor yang melakukan tindak korupsi yang bernilai tinggi. Dajjal menurut islam mungkin saja hanya sebuah kiasan saja.
Cerita mengenai Dajjal yang di sebutkan dalam Al Qur’an sebagai Ya’juj dan Ma’juj terdapat dalam surat Al Kahfi ayat 92 hingga 98 yang menjelaskan tanda-tanda kaum Ya’juj dan Ma’juj itu sendiri. Disebutkan bahwa Dul Qarnain (sebutan bagi penguasa dua generasi atau raja yang memerintah dua kerajaan) membangun sebuah tembok yang terbuat dari besi dan tembaga. Hal ini membuat kaum Ya’juj dan Ma’juj tidak dapat melewati tembok tersebut meskipun sebagian dari mereka berusaha untuk melubangi atau menaiki tembok tersebut. Namun pada surat Al Kahfi ayat 98 diterangkan bahwa suatu ketika kaum Ya’juj dan Ma’juj akan dapat melewati tembok tersebut sehingga mereka akan saling bertempur melawan satu dengan yang lain dan pertempuran itu tidak dapat di hindari. Beberapa orang memprediksi dan mencari tahu keberadaan dan makna sebenarnya dari Dul Qarnain, tembok yang dibuatnya, dan kaum Ya’juj dan Ma’juj. Dari hasil analisis beberapa ulama didapatkan bahwa tembok yang di bangun oleh Dul Qarnain terletak di Derbent (atau Darband) pantai Laut Kaspi, yang berada di ujung Selatan, tedapat Tembok yang bernama Kaukasus dan menjulang ke laut, memiliki panjang 50 mil, yang disebut Tembok Alexander. Tembok ini seluruhnya mempunyai ketinggian 29 kaki, dan tebal ± 10 kaki dan dengan pintu gerbangnya yang dibuat dari besi, dan berpuluh-puluh menara pengintai, merupakan pertahanan tapal batas kerajaan Persi yang sangat kuat.
Jadi, menurut para ulama Dajjal menurut islam hanyalah sebutan bagi kaum-kaum yang membawa kerusakan di muka bumi ini sebagai pertanda bahwa dunia ini akan memasuki akhirnya.